Selasa, 04 Juni 2013

Tersandung Batu akibat Selingkuh

0 komentar
   Postingan kali ini datangnya dari sebuah pengalaman yang mungkin dapat dijadikan sebagai suatu pelajaran hidup bagi kita semua. Tulisan ini kuberi judul “Tersandung Batu akibat Selingkuh”.
Waw2,.. judulnya kok ekstrim ya? Tapi jangan salah lo, disini saya tidak berbicara tentang cinta-cintaan sobat. Tapi berbicara tentang kesetiaan kepada sesuatu. Sesuatu itu apa ya? Mari deh saya ceritakan pengalaman menarik saya yang memberikan banyak pelajaran mengenai arti hidup, mengerti sesama dan arti sebuah kesetiaan.
  Waktu itu ceritanya aku lagi galau sobat, memilih sahabat atau massa depan. Kala itu aku berprinsip ingin menyadarkan sahabatku yang suka menggantungkan dirinya kepada ku. Akhirnya aku memilih mencari partner yang dapat mengajak aku berdiskusi, dan sharing tentang pengetahuan. Ketika itu aku sempat kasihan kepada sahabatku itu, kemanapun ia ikut berkelompok dengan teman di kelas, selalu teman ku tidak betah. Entah kenapa? sedangkan satu kelompok memang minimal hanya beranggotakan tiga orang. Kalaupun diperbolehkan empat orang pastinya aku ajak ia gabung. Apalah dikata aku tak bisa berbuat apa-apa. Tapi yang aku lakukan kala itu emang salah, kadang ketika aku sudah berkumpul dengan teman baru aku selalu lupa dengan teman ku dan ketika itu juga aku menghindar. Perlakuan teman ku yang kasar selalu memindahkan tas nya dari kursiku ke kursi belakang. Aku hanya bisa diam. Karena aku tidak memiliki wewenang untuk melarang, karena setiap kursi memang dapat di duduki oleh siapapun. Aku hanya bisa berkata, kalau ada yang marah aku tidak mau ikut campur dan jangan bawa nama saya.
  Kala itu ada sebuah perlombaan karya ilmiah, dan sahabat ku masuk di dalamnya. Walaupun judulnya ditertawakan orang, mulai dari situlah aku mulai sadar bahwa air keruh itu tidak selamanya terlihat kabur dan air jernih tak selamanya terlihat bening. Sembari aku pulang dari kampus menuju kos-kosan idaman ku, guguran dedaunan yang ada di sepanjang jalan aku lewati semakin menyudutkan aku kedalam lorong yang gelap. Dari situ aku mulai memahami arti sebuah kesetiaan. Kesetiaan kepada sebuah kebaikan. Allah SWT memberikan kemampuan lebih kepada kita sebenarnyaa adalah hanya sebuah titipan. Titipan yang tidak digunakan untuk bersifat sombong atau merendahkan orang lain melainkan untuk di bagikan kepada saudara-saudara kita diseluruh dunia. Dan titipan itu, ternyata  sudah membuat aku tersandung dan mengkhianati sebuah kebaikan. Semenjak itu, aku mulai menyadari bahwa teman hebat bukanlah mereka yang pandai terhadap sesuatu hal, tetapi mereka yang selalu setia dan mengajarkan kita kepada kebaikan untuk menuju jalan yang benar. Yaitu jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.


Thank’s to Nazilatun Nikmah, Yuni Istifadah dan Putri ika wahyu.. You are my best friend.


0 komentar:

Posting Komentar